KH. Ahmad Asrori Utsman Al-Ishaqi
KH.
Ahmad Asrori Utsman Al-Ishaqi adalah Pengasuh Pondok Pesantren Al-Fithrah
Kedinding Surabaya, sekaligus mursyid akbar Thoriqoh Qadiriyah wa
Naqsyabandiyah. Wafat pada hari selasa, tanggal 26 Sya’ban 1430/18 Agustus 2009,
sekitar pukul 02.20 WIB, karena sakit komplikasi yang dideritanya selama ini.
Meninggalnya beliau ini membuat ribuan santri dan jamaahnya merasa sangat
kehilangan sosok yang di idolakan. Tidak sedikit pula yang harus meneteskan air
mata. Ribuan jamaah dari seluruh pelosok Indonesia,
Malaysia, Singapura,
Brunei, Hongkong dan Australia
berdatangan memenuhi area masjid dan pesantren untuk melantunkan doa tahlil dan
Yasinan di depan pusara makam Pimpinan Tarekat Qodiriyah Wanaqsabandiyah Al
Usmaniyah.
Kyai Asrori
merupakan putra keenam dari mursyid thoriqoh KH. Utsman Alishaqi. Beliau
merupakan generasi penerus ayahandanya untuk mengajarkan thoriqoh kepada
masyarakat. Jamaahnya mencapai puluhan ribu orang berasal dari berbagai
kalangan mulai dari petani hingga pejabat. Fatwa dan pandangan beliau sangat
diperhatikan dan dipatuhi. Thoriqot yang dipimpinnya bersifat apolitis. Yang
diutamakan adalah membina masyarakat melalui jalur kultural, sosial, dan
keagamaan serta jauh dari tarikan politik
Jika dirunut,
Kiai Ahmad Asrori memiliki darah keturunan hingga Rasulullah Sallallahu Alaihi
Wasallam yang ke 38, yakni Ahmad Asrori putra Kiai Utsman Al Ishaqi – Surati –
Abdullah – Mbah Deso – Mbah Jarangan – Ki Ageng Mas – Ki Panembahan Bagus – Ki
Ageng Pangeran Sedeng Rana – Panembahan Agung Sido Mergi – Pangeran Kawis Guo –
Fadlullah Sido Sunan Prapen – Ali Sumodiro – Muhammad Ainul Yaqin Sunan Giri –
Maulana Ishaq – Ibrahim Al Akbar – Ali Nurul Alam – Barokat Zainul Alam –
Jamaluddin Al Akbar Al Husain – Ahmad Syah Jalalul Amri – Abdullah Khan – Abdul
Malik – Alawi – Muhammad Shohib Mirbath – Ali Kholi’ Qasam – Alawi – Muhammad –
Alawi – Ubaidillah – Ahmad Al Muhajir – Isa An Naqib Ar Rumi – Muhammad An
Naqib – Ali Al Uraidli – Ja’far As Shodiq – Muhammad Al Baqir – Ali Zainal
Abidin – Hussain Bin Ali – Ali Bin Abi Thalib / Fathimah Binti Rasulullah SAW.
Kiai Asrori
adalah pribadi yang istimewa, sosok seorang ulama kharismatik yang ikhlas dan
jujur, Pengetahuan agamanya dalam,
mempunyai haibah yang luar biasa. Sosoknya sederhana, tutur katanya lembut
namun mampu menerobos relung hati para pendengarnya. Menurut keluarga dekatnya,
sewaktu muda Kiai Asrori telah menunjukkan keistimewaan-keistimewaan dan
tanda-tanda menjadi panutan. Masa mudanya dihabiskan untuk menuntut ilmu ke
berbagai pondok pesantren di Jawa Timur dan Jawa Tengah. Kala itu Kiai Asrori
muda yang badannya kurus karena banyak tirakat dan berambut panjang memiliki
geng bernama “orong-orong”, bermakna binatang yang keluarnya
malam hari. Jama’ahnya rata-rata anak jalanan alias berandalan yang kemudian
diajak mendekatkan diri kepada Allah lewat ibadah pada malam hari. Meski masih
muda, Kiai Asrori adalah tokoh yang karismatik dan disegani berbagai pihak,
termasuk para pejabat dari kalangan sipil maupun militer.
Dalam dunia Islam, tarekat Naqsyabandiyah dikenal sebagai tarekat yang penting dan memiliki penyebaran paling luas; cabang-cabangnya bisa ditemukan di banyak negeri antara Yugoslavia dan Mesir di belahan barat serta Indonesia dan Cina di belahan timur. Sepeninggal Kiai Utsman tahun 1984, atas penunjukan langsung Kiai Utsman, Kiai Ahmad Asrori meneruskan kedudukan mursyid ayahnya.
Dakwahnya
dimulai dengan membangun masjid, secara perlahan dari uang yang berhasil
dikumpulkan, sedikit demi sedikit tanah milik warga di sekitarnya ia beli,
sehingga kini luasnya mencapai 2,5 hektar lebih. Dikisahkan, ada seorang tamu
asal Jakarta
yang cukup ternama dan kaya raya bersedia membantu pembangunan masjid dan
pembebasan lahan sekaligus, tapi Kiai Asrori mencegahnya. “Terima kasih,
kasihan orang lain yang mau ikutan menyumbang, pahala itu jangan diambil
sendiri, lebih baik dibagi-bagi”, ujarnya.
Kini, di atas
lahan seluas 2,5 hektar itu Kiai Asrori mendirikan Pondok Pesantren Al Fithrah
dengan ratusan santri putra putri dari berbagai pelosok tanah air. Untuk
menampungnya, pihak pesantren mendirikan beberapa bangunan lantai dua untuk
asrama putra, ruang belajar mengajar, penginapan tamu, rumah induk dan asrama
putri (dalam proses pembangunan) serta bangunan masjid yang cukup besar.
Beliau adalah
sosok yang tidak banyak menuntut pelayanan layaknya orang besar, bahkan
terkadang beliau sendiri yang menyajikan suguhan untuk tamu, dakwahnya sangat
menyejukkan hati dan selalu dinanti. Itulah Kiai Asrori, keberhasilannya boleh
jadi karena kepribadiannya yang moderat dan ramah, di samping kapasitas
keilmuan yang sangat dalam. Murid-muridnya yang telah menyatakan baiat ke Kiai
Asrori tidak lagi terbatas kepada masyarakat awam yang telah berusia lanjut
saja, akan tetapi telah menembus ke kalangan remaja, eksekutif, birokrat hingga
para selebritis ternama. Jama’ahnya tidak lagi terbatas kepada para pecinta
thariqah sejak awal, melainkan telah melebar ke komunitas yang pada mulanya
justru asing dengan thariqah. Di ambil dari beberapa sumber.