Kamis, 30 April 2015

Syaikh Sulaiman Ar-Rasuli Minangkabau

Syaikh Sulaiman Ar-Rasuli atau Syaikh Sulaiman Minangkabau atau yang lebih dikenal oleh murid-muridnya dengan nama Maulana Syaikh Sulaiman, lahir di Candung, sekitar 10 km sebelah timur Bukittinggi, Sumatra Barat, pada tahun 1287 H/1871 M, wafat pada 29 Jumadil Awal 1390 H/1 Agustus 1970 M.

Sebelum meneruskan pendidikannya ke Makkah Syaikh Sulaiman di didik langsung oleh orang tuanya dan Syaikh Yahya Al-Kholidi Magak Bukittinggi Sumatera Barat. Saat di Makkah beliau belajar kepada Syaikh Ahmad Khotib Abdul Latif Minangkabau, Syaikh Wan Ali Abdur Rahman Kalantan, Syaikh Muhammad Ismail Al-Fathoni, Syaikh Ahmad Muhammad Zain Al-Fathoni, Syaikh Ali Kutan Kelantan dan beberapa ulama-ulama asal melayu lainnya yang bermukim disana.

Sekembalinya dari Makkah, beliau mendirikan pondok pesantren dengan sistem pengajian halqoh, kemudian sekitar tahun 1928 M, oleh beliau sistem halqoh tersebut ditambah dengan sistem klasikal yang masih bercorak diniyyah Islamiyyah ‘ala Ahlissunnah wal jama’ah.

Selain aktif didunia pendidikan, beliau juga aktif di organisasi dan panggung politik praktis. Sejak tahun 1921, beliau beserta rekan akrabnya yaitu, Syaikh Abbas dan Syaikh Muhammad Jamil, serta sejumlah ulama membentuk Ittihadu Ulama’ Sumatera atau Persatuan Ulama’ Sumatera, yang bertujuan untuk membela dan mengembangkan Islam ‘ala Ahlissunnah wal Jama’ah. Salah satu kegiatannya adalah menerbitkan majalah Ar-Rodd wal Mardud sebagai sarana untuk menjelaskan serta mempertahankan paham Ahlussunnah wal Jama’ah madzhab Syafi’i. Beliau dan rekan-rekan seperjuangannya memang benar-benar gigih dalam mempertahankan dan mengembangkan madzhab Syafi’i.

Pada tahun 1917, beliau dipercaya sebagai ketua umum Serikat Islam untuk darah Candung dan Baso. Pada tahun 1928, beliau bersama rekan-rekannya menggagas berdirinya Persatuan Tarbiyyah Islamiyyah dalam sistem pendidikan dan perjuangan. Sekitar tahun 1931, beliau berjasa membangun saluran pipa air sepanjang 2 kilometer dari mata air Lurah Ampang untuk Masyarakat. Dan pada tahun 1937, beliau di angkat menjadi Penasehat Gubernur Militer wilayah Sumatera Barat.

Syaikh Sulaiman adalah sosok ulama yang kuat dan kokoh dalam mempertahankan agama berorientasikan Sunni Syafi’i, beliau juga ulama yang gigih mempertahankan tatanan kemasyarakatan Minangkabau untuk tetap mempertahankan kesalehan Nusantara, setidaknya hal ini tercermin dari prinsip beliau, Bulat air karena pembulu, bulat kata karena musyawarah dan Tungku tigo sajarangan yang telah diyakini oleh masyarakat Minang sebagai kebijakan paling berurat akar dalam tradisi Nusantara dan tidak bertentangan dengan nilai-nilai syari’at Islam, beliau juga ulama yang produktif, banyak melahirkan karya-karya yang dapat menjadi rujukan masyarakat, hususnya para pelajar muslim, diantaranya adalah; Dliya’us Siroj fil Isro’ wal Mi’roj, Tsamrotul Ihsan fi Wiladah Sayyidil Insan, Dawa’ul Qulub fi Qishoshi Yusuf wa Ya’qub, Risalatul Aqwalil Washithoh fi Dzikri war Robithoh, Al-Qoulul Bayan fi Tafsiril Qur’an, Al-Jawahirul Kalamiyyah, Sabilus Salamah fi Wirdi Sayyidil Ummah, Perdamaian Adad dan Syara’, Kisah Muhammad Arif dan lain-lain. Waallohu a’lam bisshowab.