Kamis, 11 Mei 2017

KH. Muhammad Faqih Imam Sarang (1950-2004)

Beliau adalah salah satu murid Syeikh yasin bin isa AL-fadani dan para masyayikh yang lain di Madrasah Ash-Sholatiah Makah AL-Mukarromah, beliau terkenal sebagai pribadi yang humoris, jujur, disiplin dan suka berbaur dengan masyarakat.


Beliau juga dikenal sebagai kiyai yang istiqomah menjalankan rutinitas sholat berjamaah. Meskipun kondisinya sedang sakit beliau enggan meninggalkan sholat berjama’ah.

Tidak itu saja, beliau juga dengan sabar selalu mengajak keluarga dan para santrinya melakukan sholat berjama’ah, ’’aku iki gak duwe opo-opo, ojo ninggal jama’ah!, Krono warisanku mung jama’ah”. (aku tidak memiliki apapun, jangan meninggalkan sholat berjama’ah, karena yang aku wariskan hanya lah sholat berjama’ah).

Dulu saya ingat, saat kelulusan Madrasah Ghozaliah Syafi’iyah Sarang, beliau memberikan sanad-sanad hadits musalsal kepada mutakhorrijin saat itu (1997), seperti hadits musalsal bilmahabbah, hadits musalsal bilmushofahah, hadits musalsal bizhikril maut, hadits musalsal bittasbik, hadits musalsal bil’aqdi, dan hadits musalsal bilamsil lihyah. Yang terakhir itu saya tidak dapat karena tidak berjenggot.

Beliau orangnya sabar, sederhana dan berwawasan tinggi. Saat mengajar Insya’iyah, ketika beliau memberi tugas menulis artikel berbahasa arab, beliau samasekali tidak pernah menyalahkan santri-santrinya, tapi beliau mengarahkan dan menuntun dengan sabar sampai santri mampu menulis artikel dengan benar sesuai tuntunan kaidah-kaidah arabiyah.

Sebelum wafat, mbah faqih masih sempat menghadiri undangan pengajian di daerah Blora, tepatnya dikediaman H. Sholeh Ngawen Blora, kondisi kesehatan mbah faqih waktu itu kurang prima, namun beliau tetap hadir untuk mengisi pengajian disana. Ternyata ini adalah pengajian terakhir yang beliau hadiri.

Setibanya ditempat pengajian beliau langsung disambut hangat oleh H. Sholeh serta pengunjung pengajian. Selang beberapa saat kemudian, karena merasakan sakit yang amat, beliau meminta izin kepada H. Sholeh mau istirahat dulu, dan agar mauidzotul hasanah digantikan oleh kiai yang lain, nanti do’anya beliau yang akan memimpin.

Setelah acara paripurna hanya tinggal doanya, H. Sholeh pun menuju ke tempat di mana mbah Faqih beristirahat bermaksud untuk membangunkan, tapi melihat mbah Faqih tidur pulas, H. Sholeh mengurungkan niatnya untuk membangunkan karena merasa tidak tega. Akhirnya sampai acara selesai mbah Faqih masih tetap beristirahat ditempat semula.

Adzan subuh  berkumandang dari corong-corong masjid dan musholla di daerah itu, menandakan telah tiba saatnya sholat Shubuh. H. Sholeh beranjak bangun dari tempat tidurnya bermaksud membangunkan mbah Faqih, tapi melihat posisi tidur mbah Faqih yang belum berubah seperti saat malam tadi ia lihat, H. Sholeh merasa curigah, ia pun buru-buru menghampiri mabah Faqih dan ternyata mungkin sejak malam tadi mbah Faqih dalam keadaan koma.

Tidak menunggu lama, H. Sholeh segera membawa mbah Faqihh kerumah sakit. Namun ditengah perjalanan menuju rumah sakit mbah Faqih telah meninggal, berpulang ke haribaan Alloh SWT. Saat itu, hari Jum’at tanggal 14 Robiul Akhir 2004 M. Beliau berpulang keharibaan kekasih sejatinya dengan meninggalkan baanyak keteladanan dan kenangan manis bagi keluarga, santri dan masyarakat. .

(di sarikan dari buku Cahaya Setumbun (Sejarah dan Biografi Masyayikh) .