KH. Muhammad Faqih Imam Sarang (1950-2004)
Beliau adalah salah satu murid Syeikh yasin bin isa AL-fadani dan para masyayikh
yang lain di Madrasah Ash-Sholatiah Makah AL-Mukarromah, beliau terkenal
sebagai pribadi yang humoris, jujur, disiplin dan suka berbaur dengan masyarakat.
Beliau juga dikenal sebagai kiyai yang istiqomah menjalankan rutinitas
sholat berjamaah. Meskipun kondisinya sedang sakit beliau enggan meninggalkan
sholat berjama’ah.
Tidak itu saja, beliau juga dengan sabar selalu mengajak keluarga dan para
santrinya melakukan sholat berjama’ah, ’’aku iki gak duwe opo-opo, ojo ninggal
jama’ah!, Krono warisanku mung jama’ah”. (aku tidak memiliki apapun, jangan
meninggalkan sholat berjama’ah, karena yang aku wariskan hanya lah sholat
berjama’ah).
Dulu saya ingat, saat kelulusan Madrasah Ghozaliah Syafi’iyah Sarang,
beliau memberikan sanad-sanad hadits musalsal kepada mutakhorrijin saat itu
(1997), seperti hadits musalsal bilmahabbah, hadits musalsal bilmushofahah,
hadits musalsal bizhikril maut, hadits musalsal bittasbik, hadits musalsal
bil’aqdi, dan hadits musalsal bilamsil lihyah. Yang terakhir itu saya tidak
dapat karena tidak berjenggot.
Beliau orangnya sabar, sederhana dan berwawasan tinggi. Saat mengajar
Insya’iyah, ketika beliau memberi tugas menulis artikel berbahasa arab, beliau
samasekali tidak pernah menyalahkan santri-santrinya, tapi beliau mengarahkan
dan menuntun dengan sabar sampai santri mampu menulis artikel dengan benar
sesuai tuntunan kaidah-kaidah arabiyah.
Sebelum wafat, mbah faqih masih sempat menghadiri undangan pengajian di
daerah Blora, tepatnya dikediaman H. Sholeh Ngawen Blora, kondisi kesehatan mbah
faqih waktu itu kurang prima, namun beliau tetap hadir untuk mengisi pengajian
disana. Ternyata ini adalah pengajian terakhir yang beliau hadiri.
Setibanya ditempat pengajian beliau langsung disambut hangat oleh H. Sholeh
serta pengunjung pengajian. Selang beberapa saat kemudian, karena merasakan
sakit yang amat, beliau meminta izin kepada H. Sholeh mau istirahat dulu, dan agar
mauidzotul hasanah digantikan oleh kiai yang lain, nanti do’anya beliau yang
akan memimpin.
Setelah acara paripurna hanya tinggal doanya, H. Sholeh pun menuju ke
tempat di mana mbah Faqih beristirahat bermaksud untuk membangunkan, tapi
melihat mbah Faqih tidur pulas, H. Sholeh mengurungkan niatnya untuk
membangunkan karena merasa tidak tega. Akhirnya sampai acara selesai mbah Faqih
masih tetap beristirahat ditempat semula.
Adzan subuh berkumandang dari
corong-corong masjid dan musholla di daerah itu, menandakan telah tiba saatnya
sholat Shubuh. H. Sholeh beranjak bangun dari tempat tidurnya bermaksud
membangunkan mbah Faqih, tapi melihat posisi tidur mbah Faqih yang belum
berubah seperti saat malam tadi ia lihat, H. Sholeh merasa curigah, ia pun
buru-buru menghampiri mabah Faqih dan ternyata mungkin sejak malam tadi mbah
Faqih dalam keadaan koma.
Tidak menunggu lama, H. Sholeh segera membawa mbah Faqihh kerumah sakit.
Namun ditengah perjalanan menuju rumah sakit mbah Faqih telah meninggal,
berpulang ke haribaan Alloh SWT. Saat itu, hari Jum’at tanggal 14 Robiul Akhir
2004 M. Beliau berpulang keharibaan kekasih sejatinya dengan meninggalkan
baanyak keteladanan dan kenangan manis bagi keluarga, santri dan masyarakat. .
(di sarikan dari buku Cahaya Setumbun (Sejarah dan Biografi Masyayikh) .