Dari Jendela Kereta Api
DARI JENDELA
KERETA API
Oleh : Dr. KH. Abdul Ghofur MZ
Seorang lelaki tua
duduk di samping putranya yang berumur 25-an tahun dalam sebuah gerbong kereta api.
Pemuda yang duduk di samping jendela itu secara berlebihan menampilkan rasa
suka-citanya dan tak mampu menyembunyikan sedikit pun rasa takjubnya terhadap
semua yang dia temui. Ia
mengeluarkan tangan dan merasakan terpaan angin, dan jeritnya penuh gembira: “Ayah, lihat! Semua pepohonan berjalan di
belakang kita!”
Lelaki tua itu
tersenyum penuh pengertian, ikut larut dalam kegembiraan putranya. Di samping
mereka berdua duduk sepasang suami-istri. Keduanya mendengarkan pembicaraan itu
dengan perasaan kesal. Tingkah laku pemuda 25 tahunan itu seperti anak kecil
saja!
Pemuda itu
menjerit kembali: “Ayah, lihat kolam
itu! Banyak kawanan unggas berenang di situ ..”. Sementara pasangan suami-istri itu semakin heran dan sebal
dengan jeritan si pemuda.
Gerimis mulai
turun. Tetesan-tetesan air berjatuhan menghinggapi tangan pemuda itu, hal yang
membuat mukanya berseri-seri penuh kegembiraan. Ia tak kuasa menahan diri, dan
jeritnya: “Ayah, hujan turun! Airnya menyentuh
tanganku. Lihat lah Ayah!”
Suami-istri itu
tak mampu menahan diri lagi. “Kenapa
kau tak membawa anakmu ke dokter?! Anakmu membutuhkan penanganan segera!” kata
mereka kepada si tua.
Bapak tua itu pun
menjelaskan: “Kami ini justru baru saja keluar dari
rumah sakit. Ini adalah hari pertama anakku bisa membuka matanya. Seumur hidupnya
baru kali ini dia melihat dunia ..“
Kadang kita
terlalu cepat mengeluarkan kata yang menyakitkan orang lain. Pikirkan lah
baik-baik sebelum menghukumi.