Syaikh Muhammad Arsyad Banjar
Syaikh Muhammad
Arsyad Banjar lahir di Kampung Luk Gabang, Astabul, Banjar, Martapura,
Kalimantan Selatan, tepatnya pada hari kamis 13 Shofar 1122 H/1710 M, pada masa
kekuasaan Raja Banjar yang bernama Sultan Tahlilillah. Ayahnya bernama Abdullah
dan Ibunya bernama Siti Aminah.
Muhammad Arsyad
kecil tumbuh sebagai anak yang berbudi luhur, taat kepada orang tua, taat
beragama dan mempunyai kecerdasan serta daya ingat yang luar biasa, sehingga
meskipun usianya masih sangat kecil Muhammad Arsyad kecil sudah mahir dan fasih
dalam membaca Al-Qur’an dan beberapa cabang ilmu agama telah dikuasainya. Hal
ini menarik perhatian Sultan Tahlilillah, Sehingga Muhammad Arsyad kecil
dibawah ke istana.
Setelah dewasa,
Muhammad arsyad di nikahkan oleh Sultan Tahlilillah dengan seorang gadis istana
yang bernama “Bajut”, dan belum lama keduanya menikah, Muhammad Arsyad muda di
kirim oleh sultan ke Makkah untuk memperdalam ilmu agamanya. Sesampainya di
Makkah Muhammad Arsyad muda bertemu dengan kawan-kawan setanah air yaitu, Abdus
Shomad Palembang, Abdul Wahab Bugis, Abdur Rahman Masri Betawi, kemudian mereka
bersahabat. Bahkan persahabatan mereka ini berlangsung terus sampai mereka
kembali lagi ke tanah air, yang pada akhirnya mereka sangat berperan penting
dalam penyebaran islam ‘ala ahlissunnah waljama’ah. Di Makkah Syaikh Muhammad
Arsyad berguru kepada Syaikh Samman Al-Madani, Syaikh Sulaiman Al-Kurdi, Syaikh
Ad-Damanhuri dan Syaikh Athoillah Al-Mishri.
Sekembalinya di
tanah air atas persetujuan Sultan, Syaikh Muhammad Arsyad membentuk Mahkamah
Syar’iyah atau Lembaga Pengadilan Agama yang di ketuai oleh Mufthi sebagai
hakim tertinggi dan didampingi oleh Qodli yaitu pelaksana hukum yang mengatur
jalannya pengadilan agar hukum islam berjalan dengan wajar. Syaikh Muhammad
Arsyad juga banyak mengarang kitab-kitab fiqh, tauhid dan tasawwuf, seperti
Kitabun Nikah, Kitab Faroid, Usuluddin, Fatwa Sulaiman Kurdi, Syarah Fathul
Jawad, Tuhfatur Roghibin, Kanzul Ma’rifah, dan karangan beliau yang paling
terkenal adalah kitab Sabilul Muhtadin Lit Tafaqquh Fi Amriddin, yang sekarang
ini oleh masyarakat Banjarmasin nama Sabilul Muhtadin di abadikan sebagai nama
Masjid Raya Banjarmasin.
Syaikh Muhammad
Arsyad adalah termasuk ulama’ yang produktif di zamannya dan terkenal
melahirkan banyak ulama’ termasuk dari keluarganya sendiri, Syaikh Abdur Rahman
Shiddiq menyebutkan bahwa keturunan Syaikh Muhammad Arsyad yang menjadi mufthi
sebanyak 10 orang yang diantaranya adalah cucunya yang bernama Muhammad As’ad,
dan menjadi qodli sebanyak 10 orang juga yang diantaranya adalah anaknya
sendiri Abu Zuhud. Tetapi setelah ditelusuri pada gnerasi brikutnya, ternyata
keturunan Syaikh Arsyad yang menjadi mufthi adalah sebanyak 16 orang.
Setelah kurang
lebih 40 tahun Syaikh Muhammad Arsyad berjuang mengembangkan agama islam ‘ala
ahlissunnah waljama’ah dengan cara mngadakan pengajian rutin dikediamannya dan
berda’wah keliling dari kampung satu kekampung lainnya, pada hari Selasa
tanggal 06 Syawwal 1227 H/1812 M, Syaikh Muhammad Arsyad berpulang ke
rahmatullah, pada saat itu Syaikh Arsyad berumur 105 dengan hitungan tahun
hijri dan 102 tahun dengan hitungan tahun masehi.